Path Analysis on Factors Associated with the Risk of Scabies Among Students at Darussalam Islamic Boarding School, Blokagung, Banyuwangi, Indonesia

Authors

  • Febrika Devi Nanda Bakti Indonesia University, Banyuwangi, Indonesia
  • Bhisma Murti School of Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta
  • Ruben Dharmawan Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

Abstract

Background: Scabies is an infectious disease that is particularly important in populations with low socioeconomic level in developing countries. Scabies is not life-threatening so usually get treatment is low. But actually the chronic and severe scabies can cause dangerous complications. This study aimed to analyze factors associated the students with scabies disease.

Subjects and Methods: This was an observational analytical study with cross-sectional design. This was conducted at Darussalam Islamic Boarding School of Blokagung Banyuwangi, Indonesia in March 23 to April 30,2016. A total of 90 samples were amounted 30 students with scabies and 60 had not scabies. Data collection was using questionnaire. Data analysis used STATA 13.

Results: Four variables associated with scabies was associated indirectly obtained between knowledge and myth was negative amounting to the value of -1.88 (p < 0.001) path coefficient between knowledge and healthy behaviors is positive that amounting to 1.68 with value (p = 0.016), the path coefficient between myth - 2:39 (p = 0.038), the path coefficient between allowance to health behaviors positive value that is equal to 2:00 (p = 0.026), the path coefficient between health behavior with scabies is negative in the amount - 3:43 (p < 0.001).

Conclusion: The level of knowledge, myths, pocket money indirectly related to the incidence of scabies through healthy behaviors. It is expected to reduce disease scabies students can change the behavior of health to be good.

Keywords: scabies, level of knowledge, myths, pocket money

Correspondence: Febrika Devi Nanda. Bakti Indonesia University, Banyuwangi. Email: febrika_devinanda@yahoo.com

Journal of Epidemiology and Public Health (2016), 1(1): 18-26
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2016.01.01.03

 

References

Anisa F (2013). Hubungan Hygiene Perorangan dan Sanitasi Lingku­ngan terhadap Kejadian Scabies pada Santri di Pondok Pesantren Ru­dho­tul. Skripsi, Fakultas Kese­hatan.

Andayani LS (2005). Perilaku Santri dalam Upaya Pencegahan Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Ulu­mul Qur’an Stabat. Info Kese­hatan Masyarakat. 9(3).

Ariza L (2012). Investigation of a Scabies Outbreak in Kindergarten in Constance Germany. Europe Jour­­nal Clin Microbial Infect Dis. (10): 1007-1096.

Audhah (2012). Faktor Risiko Scabies pada Siswa Pondok Pesantren. Kaji­an di Pondok Pesantren Darul Hijrah, Kelura­han Cindai Alus, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Sela­tan. 4(1): 14–22.

Azizah I (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Pemulung tentang Personal Hygiene dengan Kejadian Scabies pada Balita di Tempat Pembuangan Akhir Kota Semarang. Dinamika Kebidanan. 1: 1-5.

Baur B (2013). The Pattern of Dermatological Disorders among Patients Attending the Skin O.P.D of A Tertiary Care Hospital in Kolkata, India. Journal of Dental and Medical Sciences. 3: 1-6.

Chowsidow O. 2006. Scabies. The New England Journal of Medicine. 35: 1-16.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007). Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren.

Dhofier. (1994). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai: LP3ES.

Dinas Kesehatan Lumajang (2013). PHBS 5 tatanan dan pondok pe­san­­tren. Di unduh dari : http://dinkeslumajang.or.id/phbs-5-tatanan-dan-pondokpesantren.

Djuanda A (2006). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Friedman (2004). Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC

Gilmore SJ. (2011). Control Strategies for Endemic Childhood Scabies.

Golant AK, Levitt JO (2012). Scabies: a Review of Diagnosis and Ma­nage­ment Based on Mite Biology. Pediatr Rev Jan. 33(1):e1-e12. doi: 10.

Handajani (2007). Hubungan Antara Praktik Kebersihan Diri dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Nihayatul Amal Waled Kabupaten Cirebon. diunduh dari. http://fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3264.

Handoko R (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 122 – 125.

Handoko R (2009). Scabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 122-125.

Harahap (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.

Heukelbach J (2005). Epidemiology and Morbidity of Scabies and Pediculosis Capitis in Resource-Poor Communities in Brazil. British Journal of Dermatology. 153: 150–156.

Kabulrachman (1992). Pengaruh Lingkungan dan Pencemaran Terhadap Penyakit Kulit. Majalah Kedokteran Indonesia. 42 (5):273 – 277.

Kementrian Agama. (2012). Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur’an(TPQ) Tahun Pelajaran 2011-2012. 68–106. Available at: http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/pontrenanalisis.pdf.

Kline K (2013). Neglected Tropical Diseases of Oceania: Review of Their Prevalence, Distribution, and Opportunities for Control. Plos Neglected Tropical Diseases. 7: 17-55.

Kartono (2006). Perilaku Manusia. ISBN. Jakarta.

Kurniawati Debi (2004). Hubungan antara Kebersihan Pribadi dan Kontak Perseorangan dengan Kejadian Scabies pada Anak SD yang Berobat di Puskesmas Gemuh 1 Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal. Universitas Muhamma­diyah Semarang; Skripsi, Sema­rang.

Kuspriyanto (2013). Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Sehat Santri terhadap Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Jurnal Ilmiah UNS. 11:21.

Linda A (2010). Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Peserta Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Utara: Universitas Muhammadiyah.

Mariana (2010). Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Kejadian Scabies pada Santri Aliyah Pondok Pesantren Albadriah Sundak Desa Rarang Kecamatan Terara Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. STIKES Aisyiyah. Yogyakarta

Masruroh (2014). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Scabies pada Santriwati Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi Nogotirto Sleman. Naskah Publikasi STIKES Aisysah Yogyakarta.

Ma’rufi I (2005). Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2: 11 – 18.

Murti B (2013). Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Pres.

Noor (2008). Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo S (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Notoadmojo S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Onayem O (2005). Prevalence of Different Skin Conditions in an Outpatients’ Setting in North-Western Nigeria. International Journal Of Dermatology. 44: 7–11.

Rahmawati R (2010). Hubungan antara Faktor Pengetahuan dan Perilaku dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahim A (2006). Faktor yang Berubungan dengan Terjadinya Penyakit Scabies pada Anak ditempat Pengungsian Waipotih Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Universitas Airlangga. Thesis. Surabaya.

Ratnasari (2014). Prevalensi Scabies dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Pesantren X , Jakarta Timur. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2(1).

Rohmawati R (2010). Hubungan antara Faktor Pengetahuan dan Perilaku dengan Kejadian Scabies pada Santri di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sura­karta.

Setyowati (2014). Hubungan Pengetahuan Santriwati tentang Penyakit Scabies dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Gaster. 11 (2).

Siswono (2008). Pedoman Umum Program Pemberantasan Penya­kit Lingkungan. Departemen Keseha­tan Republik Indonesia. Jakarta.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kem­bang Anak. Jakarta: EGC.

Sungkar S (1997). Scabies. Majalah Kedokteran Indonesia 47 (01): 33-42.

Sungkar (1992). Cara Pemeriksaan Kerokan Kulit Untuk Menegakkan Diagnosis Scabies, Medika. 7: 60 – 62.

Ummul H (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Darul Huffadh di Wilayah Kerja Puskesmas Kajuara Kabupaten Bone. Jurnal Media Kedokteran. 2(4): 1-6.

Wijayanti Y (2006). Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Higiene Perorangan dengan Penyakit Scabies di Desa Genting Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang (Skripi). Semarang.

Zayyid M (2010). Prevalence of Scabies and Head Lice among Children in a Welfare Home in Pulau Pinang, Malaysia. Tropical Biomedicine. 27: 442–446.

Downloads

Issue
Vol. 1 No. 1 (2016)

Section
flow-chart-line Articles

How to Cite
Nanda, F. D., Murti, B., & Dharmawan, R. (2016). Path Analysis on Factors Associated with the Risk of Scabies Among Students at Darussalam Islamic Boarding School, Blokagung, Banyuwangi, Indonesia. Journal of Epidemiology and Public Health, 1(1), 18–26. Retrieved from https://jepublichealth.com/index.php/jepublichealth/article/view/6

Most read articles by the same author(s)

<< < 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14